All About LOVE
Love , cinta, liebe , atau menjadi deretan huruf apa pun ia
dan dalam bahasa apa pun, selalu saja indah dan asyik untuk dibicarakan. Iya nggak sih? Bo'ong banget kalo kamu
sampe menggelengkan kepala. Bahkan topik inilah yang paling universal untuk
dibicarakan atau pun dinikmati. Apalagi untuk remaja-remaji seusia kamu, kayak
nggak ada tema lain yang mendominasi pembicaraan selain love and love mulu. Iya
apa iya? Moga kamu nggak bosen selama sebulan full kami ngomongin ‘si daun
waru' ini. Soalnya kami emang pengen kamu jadi remaja cerdas, termasuk dalam
memahami dan menyikapi cinta. Setuju kan?
Sobat muda, cinta
emang indah dan nikmat untuk dibicarakan atau pun dirasakan. Cinta ternyata
ibarat dua sisi mata pisau yang tajam. Bila tak benar menggunakannya bukan tak
mungkin kita malah akan terluka karenanya. Seperti kata Kahlil Gibran neh bahwa
di balik sayap indah cinta, waspadalah ada terselip sebilah pisau tajam untuk
mencabikmu. Ciee…nggak usah bingung bagi kamu yang nggak ngeh dengan bahasa
kiasan Bung Gibran ini.
Ketika kamu jatuh
cinta, dunia terasa indah dan berbunga-bunga. Kamu jadi rajin ke sekolah, rajin
belajar, suka tersenyum, nyapa kiri-kanan, dll. Tapi semua itu akan berubah
banget ketika kamu dapetin orang yang kamu cintai dengan tulus ternyata tidak
membalas cintamu. Hiks…langit seakan runtuh. Lagu Pupus -nya Dewa 19
didendangkan berulang-ulang. Emang enak bertepuk sebelah tangan? Kamu pun
merasa jadi orang paling merana sedunia dan selalu terbayang gimana caranya
gantung diri di pohon tomat. Tapi apa iya sih, cinta cuma sebatas itu?
What is love?
Apa cinta itu?
Bila ada sepuluh orang kamu tanya tentang pertanyaan ini, akan ada sepuluh
jawaban pula yang bakal disodorkan. Bahkan para filsuf dan pemikir dari jaman
baheula hingga jaman kiwari masih pada kebingungan untuk mendefinisikan tentang
cinta ini. Bahkan ada yang bilang, cinta tidak untuk didefinisikan karena it's
all about feeling (duilee.. sampe segitunya)
Tapi ada satu hal
yang kita pasti sepakat, bahwa semua makluk hidup pasti mempunyai cinta. Induk
ayam saja rela mengais-ngais tanah demi mendapat seekor cacing demi
disuapkannya pada mulut anaknya. Belum lagi kalo kamu berusaha mendekati anak
ayam yang masih imut, jangan salahkan bila kamu bakal diterjang sama induknya.
Semua itu karena dorongan naluri, rasa cinta.
Apalagi yang
namanya manusia, keberadaan naluri mencintai dan dicintai ini sudah built-up
diberi dari sononya. Karena rasa ini adalah perwujudan dari naluri
mempertahankan jenis atau bahasa kerennya, gharizah nau' . Bisa kamu bayangkan
bila seorang suami tidak mencintai istri dan anaknya, maka ia tak akan mau
bersusah payah bekerja mencari nafkah. Begitu juga seorang ibu, tanpa cinta tak
mau ia merasakan lelahnya mengandung sembilan bulan lamanya, sekitnya
melahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya, menyusui hingga dua tahun, dan
mendidik serta membesarkan anak-anaknya.
Tanpa cinta, tak
mungkin Rasulullah Muhammad saw. menghabiskan seluruh hidupnya untuk berpikir
dan berbuat demi umatnya. Bahkan di saat detik-detik akhir kehidupannya saat
sakaratul maut menjelang, tahu nggak apa yang diingat beliau tercinta ini?
‘umati…umati' , (umatku…umatku). Bukan menyebut nama anak-anaknya, bukan pula
menyebut nama istri-istrinya, apalagi menyebut harta yang memang tidak beliau
punya, tapi Rasulullah menyebut umatnya. Termasuk kita yang hidup ribuan tahun
jaraknya dari beliau pun sudah disebut dalam lisan sucinya. Betapa beliau
mengkhawatirkan umatnya dengan penuh cinta. Malu nggak sih kita bila mengingat
ini, sedalam apa balasan cinta kita untuk Rasulullah saw.? Maka sungguh indah
senandung lagu milik Bimbo dengan penggalan lirik seperti ini: ‘Rindu kami
padamu, ya Rasul, rindu tiada terperi. Berabad jarak darimu ya Rasul, serasa
dikau di sini'.
Siapa sih yang
nggak merasa cinta pada sosok mulia ini? Pasukan perang Tabuk rela menjadikan
tubuhnya sebagai tameng anak panah demi menyelamatkan sang Nabi tercinta. Tubuh
dan nyawa mereka tak ada artinya dibandingkan dengan keselamatan sang Rasul
mulia. Bahkan ketika mendengar berita tentang isu wafatnya Rasul, semua sahabat
menangis tersedu-sedu. Dan ketika mendapati beliau masih hidup tetapi dengan
luka sekujur tubuh, para sahabat lega meski masih merasa sedih dengan terlukanya
sosok yang dicintai. Ingin rasanya mereka menjadi pengganti rasa luka itu
selama bisa mengurangi rasa sakit yang diderita Rasulullah akibat tusukan
pedang dan anak panah. Semua itu mereka lakukan karena cinta.
Bila kita mau
menoleh pada hal lain barang sejenak, akan kita dapati matahari yang bersinar
tanpa syarat ke bumi, hujan pun turun untuk membasahi ladang gersang, dan tanah
yang masih juga menumbuhkan tanaman buat manusia. Semua itu terjadi dengan
begitu teratur, begitu indah, dan begitu setia. Dari siapa? Tentu dari Yang
Maha Memiliki Cinta itu sendiri; Allah Swt.
Perwujudan cinta
Lalu bagaimana
dengan kita? Dengan apa kita harus membalas semua rasa cinta yang pernah,
sedang, dan akan terus kita rasakan hingga akhir hayat kita itu? Ada pepatah
yang mengatakan kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Kamu
pasti tahu dong, beda panjang jalan dan galah. Jauh banget kan? Kalau kasih ibu
saja sepanjang itu, lalu bagaimana dengan kasih dan cinta Muhammad saw. pada
umatnya? Lalu bagaimana lagi dengan kasih dan cinta Allah Swt. pada kita?
Sungguh, seandainya seluruh pohon di bumi ini dijadikan pena dan air laut
sebagai tintanya tetap tak bisa melukiskan sedalam dan sejauh apa cinta Allah
pada kita.
Pernahkah kita
merasakan dengan sadar cinta Allah dalam setiap tarikan dan hembusan nafas?
Dalam setiap langkah yang kita buat, dalam setiap detik waktu yang terlewat,
pernahkah itu kita sadari? Semua itu ibarat matahari, yang karena terbiasanya
kita dengan sinarnya kita jadi lupa pada jasanya. Bayangkan bila sedetik saja
Allah menarik pasokan oksigen untuk kita hirup, makhluk seisi dunia bisa
kelabakan. Tapi Allah begitu sayang dan cinta terhadap kita sehingga tak peduli
orang yang durhaka terhadapNya juga diberi pasokan oksigen yang sama dengan
mereka yang taat. Meski tentunya ada konsekuensi juga kan? Mereka yang taat
jelas tempat kembalinya di akhirat; surga. Begitu pun dengan yang durhaka sudah
dintentukan tempatnya; neraka.
Sobat muda
muslim, pernah nggak kamu dicintai oleh orang lain yang begitu tulus
mencintaimu tanpa pamrih? Apa yang ingin kamu lakukan? Kamu pasti berusaha
membalas ketulusannya dan berusaha mencintainya dengan tulus pula. Lalu,
bagaimana dengan membalas ketulusan Allah dan rasulNya yang sudah begitu
mencintai kita tanpa pamrih? Yaitu dengan berusaha menjalankan perintaNya dan
menjauhi laranganNya.
BTW, kalo kamu
sedang jatuh cinta, apa sih yang akan kamu lakukan demi si dia? Kalo si dia
nggak suka liat kamu pakai baju merah, pasti kamu nggak bakal pakai baju itu
demi menyenangkan hatinya meski sebetulnya kamu setengah mati suka warna merah.
Jika si dia suka banget makan bakso kamu pasti berusaha setengah mati bisa
mentraktirnya makan bakso meski kamu lagi kanker alias kantong kering. Kenapa
bisa begitu? Karena cinta identik dengan ketaatan. Identik dengan keinginan
untuk membahagiakan. Itu pulalah yang ingin kita lakukan bila ingin membalas
cinta Allah dan RasulNya. Wajar dan sangat adil kan?
Bentuk riilnya?
Ketika kamu
melaksanakan sholat lima waktu dan puasa Ramadhan, kamu sedang melakukan
sebentuk bukti riil cinta kepadaNya. Tapi itu belum cukup, karena Islam bukan
hanya agama ritual saja. Ketika kamu menutup aurat, kamu melakukannya karena
cinta. Ketika kamu patuh dan sopan pada orang tua, sayang pada yang lebih muda,
ringan tangan pada saat orang lain membutuhkanmu, bersedia mendengar keluh
kesah kesedihan teman yang lagi durundung duka, itu semua juga sebagian bukti
cinta.
Ketika kamu
menasihati temanmu untuk tidak berpacaran dan tidak suka membolos, itu juga bukti
cinta. Ketika kamu tahu menjalankan syariat Islam adalah wajib dan kamu
mendakwahkannya pada yang lain, itu juga bentuk cinta. Bahkan tersenyum pun
(asal bukan senyum yang TP alias tebar pesona yah) itu juga bentuk kecintaan
kita pada sesama.
Jangan
mentang-mentang kamu udah ngaji duluan, lalu merasa sok bener sendiri tanpa mau
membagi cintamu itu dengan mendakwahkannya. Emang surga milik kamu sendiri?
Nggak kan? Alangkah enaknya surga itu bila kita bisa menghuninya beramai-ramai.
Bukankah kamu lebih suka rumahmu didatangi banyak temanmu daripada bengong
sendirian nggak ada yang diajak ngomong. Tul nggak?
Cuekin aja kalo
ada temanmu yang suka becanda bilang “Enak lho masuk neraka bisa ketemu bintang
film macam Britney Spears, J-Lo, Mas Nunu alias Keanu Reeves or Brandon Lee”.
Anggap saja mereka adalah orang-orang yang membutuhkan sentuhan cintamu dalam
bentuk dakwah, amar makruf nahi munkar . Jangan benci mereka dan jangan pula
dijauhi. Sentuh akal dan perasaannya sehingga mereka dapat memperoleh hidayah
dan ‘terjerumus' dalam cinta; Islam.
Karena cinta
Yup, benar sekali
bahwa semua kejadian di dunia ini tidak pernah terlepas dari yang namanya
cinta. Mulai dari nongolnya kamu di dunia ini adalah hasil pertautan cinta
ibu-bapakmu sampai kamu bisa beriman dan berislam hingga hari ini juga karena
cintanya Rasul terhadap umatnya, juga cinta Allah terhadap hambaNya. Cinta
bukan melulu Tejo yang naksir Surti, tidak selalu sang putri yang menunggu
pangeran idaman datang meminang. Tapi cinta adalah kehidupan itu sendiri.
Pernahkah kamu
menikmati setiap aliran cinta yang merambati tubuhmu di saat kamu menarik nafas
segar di pagi hari, merasakan sejuknya embun yang menetes di wajahmu, dan
bugarnya badan untuk memulai beraktivitas? Bila belum, cobalah. Pejamkan matamu
dan rilekskan pikiranmu. Maka biarkan ada yang bening mengaliri sanubarimu.
Oksigen yang terhirup, embun yang lembut, sinar mentari yang hangat, tubuh yang
sehat, iman yang kuat dan pikiran yang mantap, itu semua ada karena cinta.
Jadi bukan Joy
Tobing aja yang bisa menyenandungkan Karena Cinta . Kita juga bisa. Karena
memang setiap detil kehidupan ini terjadi, semua karena cinta. So , kamu-kamu
udah pada ngeh kan, bahwa cinta bukan melulu seperti yang kamu pahami selama
ini, sekadar hubungan taksir-menaksir antar lawan jenis.
Cinta ternyata
bisa begitu luas dan indah. Semoga dengan diguyurnya kamu sebulan ini dengan
semua hal tentang cinta, bisa membuka hati dan akalmu tentang makna cinta itu
sendiri. Sehingga kamu pun bisa melangkah dengan mantap di kehidupan dengan
menaburkan sebanyak mungkin cinta kepada sesama. Bukan cinta sempit yang sulit
dibedakan dengan nafsu, tapi lebih mengarahkan arti cinta kepada kebenaran itu
sendiri, yakni Al-Islam. Agama yang selama ini menjadi pilihan hidup kita.
Nggak berlebihan kan? Bahkan tulisan ini pun dibuat juga karena cinta kami pada
kamu, sang calon pemegang tongkat estafet dakwah di masa depan. Sungguh, betapa
indah dan ringan semua hal bila kita mendasarkannya karena cinta. Yakinlah.
[ria]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar