Pacaran? Pikir Lagi, Deh!
Pacaran, sepertinya
telah dinobatkan oleh remaja saat ini sebagai satu-satunya ekspresi cinta
kepada lawan jenis. Otomatis ikatan baku syahwat ini sedikit banyak
mempengaruhi jalinan persahabatan cewek-cowok. Makin sulit ditemukan hubungan
dekat remaja-remaji yang murni pertemanan. Selaluuu aja ada benih-benih cinta
di hati yang tersemai tanpa mereka sadari. Nggak heran kalo banyak remaja yang
terprovokasi oleh komplotan Project Pop dan Chrisye dalam hits terbaru mereka,
‘burkat' Buruan deh katakan …. Makanya Yovie dan Nuno juga nggak tahan untuk
bilang, ‘ inginku…tidak hanya jadi temanmu…ataupun sekadar sahabat '. Pengenya
jadi apa dong?
Pacar. Yup, status
pacar yang banyak diburu kaum jomblo sebagai simbol kemenangan dan kebanggaan.
Begitu pentingnya status ini hingga dijadikan ‘mata pelajaran' rutin oleh media
massa bagi para pemirsanya. Walhasil, para pelajar berseragam putih biru donker
pun menjadikan tempat belajarnya sebagai Sekolah Mencari Pacar (SMP). Parah
tenan iki!
Sobat, banyak remaja
yang ngerasa kalo jadi pacar atau punya pacar bikin hidup terasa lebih indah.
Katanya sih, mereka udah nemuin soulmate alias belahan jiwanya. Seseorang yang
memanjakan perasaan cintanya; yang menjaga dan melindunginya; yang begitu perhatian
dan peduli padanya; yang menyediakan a shoulder to cry on ; yang mengulurkan
tangannya saat salah satunya down ; hingga rela berkorban untuk memenuhi
permintaan sang buah hati. Pokoknya romantis abis!
Selanjutnya, hari-hari
mereka lalui dengan kebersamaan. Acara jalan bareng sambil gandengan tangan
atau mojok berdua untuk saling bertukar cerita jadi menu wajib. Di kampus,
sekolah, mal, halte, bioskop, atau di bawah guyuran hujan nggak masalah. Kalo
nggak bisa jalan bareng, minimal mengobral kata-kata cinta via SMS. Inilah
penyakit orang kasmaran. Enggan berpisah walau sesaat. Bawaannya kangen mulu.
Padahal doinya cuma permisi ke toilet. Waduh!
Tapi sobat, apa bener
pacaran itu selamanya indah?
Banyak rugi di balik
pacaran
Kalo diperhatiin
sekilas, bisa jadi orang mengganggap pacaran itu nggak ada ruginya. Padahal,
banyak juga lho ruginya. Makanya jangan cuma sekilas merhatiinnya. Nggak
percaya? Simak deh poin-poin berikut:
1. Rugi waktu
Sobat, coba kamu
iseng-iseng nanya ke temen yang pacaran, berapa banyak waktu yang dia berikan
untuk pacarnya? A.
satu jam B. dua jam C. satu hari D. satu minggu (kayak soal ujian aja pake
multiple choice ). Jawabannya: nggak ada yang cocok! Sebab ketika ikatan cinta
di antara mereka diucapkan, masing-masing kudu terima konsekuensi untuk ngasih
perhatian lebih buat sang pacar. Itu berarti, harus stand by alias siap setiap
saat jika diperlukan doi (sopir taksi kaleee!). Ini yang bikin repot.
Gimana nggak, waktu yang kita punya nggak cuma
buat ngurusin sang pacar. Emang sih teorinya nggak
seekstrim itu. Biasanya mereka mencoba saling mengerti kalo kekasihnya juga
punya kepentingan lain. Tapi kalo masing-masing minta dimengerti, bisa-bisa
muncul sikap egois. Merasa dirinya paling penting dan paling berhak untuk diperhatikan.
Ending -nya, teori dan praktek sangat jauh panggang dari api. Tetep aja mereka
terpaksa ngorbanin waktu untuk sekolah, kantor, keluarga, atau teman sebaya
biar doi nggak ngambek. Kalo sudah begini, demi mempertahankan pacaran, urusan
lain bisa berantakan. Betul?
2. Rugi pikiran
Sehebat-hebatnya
manusia mengelola alokasi pikiran dan perhatian untuk ngurusin hidupnya, belum
tentu dia mampu mengendalikan rasa cintanya. Asli. Ketika kita jatuh cinta,
nggak gampang kita mikirin urusan laen. Semua pikiran kita selalu mengerucut
pada satu objek: Pacar. Mau ngapain aja selalu teringat padanya. Seperti kata
Evi Tamala, ‘ mau makan teringat padamu…. mau tidur teringat padamu…lihat
cheetah teringat padamu…. ' Ups! Sorry , jangan ngerasa di puji ya. Gubrak!
Nggak heran kalo
sitaan pikiran yang begitu besar dalam berpacaran bisa bikin prestasi belajar
menurun. Itu juga bagi yang berprestasi. Bagi yang nilainya pas-pasan,
bisa-bisa kebakaran tuh nilai rapot. Mereka sulit berkonsentrasi. Meski
jasadnya ada dalam kelas belum tentu pikirannya nangkep penjelasan dari guru.
Yang ada, pikirannya tengah melanglang buana ke negeri khayalan bersama sang
permaisuri pujaan hati. Dan nggak akan sadar sebelum spidol atau penghapus
whiteboard mendarat dengan sukses di jidatnya.
3. Terbiasa nggak jujur
Lucu. Kalo kita
ngeliat perilaku standar remaja yang lagi kasmaran. Di rumah dia uring-uringan
karena sakit perut (tapi bukan diare lho), tapi akibat makan cabe tapi lupa
makan goreng bakwannya karena saking asyiknya nonton Dora the Explorer . Sang
ibu pun terpaksa telpon ke sekolah untuk minta izin. Menjelang siang, tiba-tiba
pacar telpon. Nanyain kabar karena khawatir. Terus dia bilang, ‘sayang ya kamu
nggak sekolah. Padahal nanti siang aku minta di antar ke toko buku terus
hadirin undangan temenku yang ulang tahun di KFC…'
Tak lama berselang,
keajaiban terjadi. Tiba-tiba sakitnya sembuh dan siap nganterin doi. Padahal
sebelum ditelpon pacarnya, sang ibu minta tolong dibeliin minyak tanah di
warung sebelah rumah, jawabnya: ‘ nggak kuat jalan Bu. Kan lagi sakit '.
Ini baru contoh kecil.
Seringkali orang yang pacaran secara otomatis berbohong, agar terlihat baik bin
perfect di mata pacar.
4. Tekor materi
Sobat, dalam
berpacaran, keberadaan materi sangat menentukan mati hidupnya itu hubungan.
Meski ngakunya nggak begitu mentingin materi, tetep aja kalo nraktir bakso di
kantin sekolah atau nonton hemat di twenty one kudu pake duit.
Yang bikin runyam,
kebanyakan dari remaja yang berpacaran perekonomiannya sangat tergantung dengan
jatah yang dikasih ortu. Pas lagi ada duit, jatah uang saku sebulan ludes dalam
hitungan jam di malam minggu pertama setiap bulan. Kalo lagi nggak punya duit
sementara pacar ngajak jalan, bisa nekat mereka. Nilep uang SPP atau terlibat
aksi kriminal. Repot kan?
Nah sobat, ternyata
pacaran tak selamanya indah. Ada juga ruginya. Banyak malah. Rasanya nggak
sebanding dong kalo kita harus kehilangan waktu luang, prestasi belajar, teman
sebaya atau kedekatan dengan keluarga, karena waktu, pikiran, tenaga, dan
materi yang kita punya, banyak dialokasikan untuk sang pacar. Belum lagi dosa
yang kita tabung selama berpacaran. Padahal pacar sendiri belum tentu bisa
mengembalikan semua yang kita korbankan ketika kita kena PHK alias Putus
Hubungan Kekasih. Apalagi ngasih jaminan kita selamat di akhirat. Nggak ada
banget tuh. Rugi kan? Pasti, gitu lho!
Pacaran, dilarang
masuk!
Sobat muda muslim,
meski dalam al-Quran tidak terdapat dalil yang jelas-jelas melarang pacaran,
bukan berarti aktivitas baku syahwat itu diperbolehkan. Pacaran di- black list
dari perilaku seorang muslim karena aktivitasnya, bukan istilahnya.
Orang pacaran pasti
berdua-duaan. Padahal mereka bukan mahram atau suami-istri. Yang kayak gini
yang dilarang Rasul dalam sabdanya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka tidak boleh baginya berkhalwat (bedua-duaan) dengan seorang wanita,
sedangkan wanita itu tidak bersama mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiga
di antara mereka adalah setan” (HR Ahmad)
Kehadiran pihak ketiga
alias setan sering dicuekin oleh orang yang lagi pacaran. Padahal bisikannya
bisa bikin mereka gelap mata bin lupa diri. Cinta suci yang diikrarkan lambat
laun ber- metamorfosis menjadi cinta birahi. Ujung-ujungnya mereka akan dengan
mudah terhanyut dalam aktivitas KNPI alias Kissing , Necking , Petting , sampe
Intercousing . Dari sekadar ciuman hingga hubungan badan. Naudzubillah min
dzalik ! Makanya Allah Swt. telah mengingatkan dalam firmanNya:
Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk. (QS al-Isrâ [17]: 32)
Kalo masih ngeyel
dengan peringatan Allah Swt. di atas, dijamin kesengsaraan bakal menimpa kita.
Banyak kok fakta yang berbicara kalo gaya pacaran sekarang lebih didominasi
oleh penyaluran hasrat seksual. Akibatnya, secara tidak langsung pacaran turut
membidani lahirnya masalah aborsi, prostitusi, hingga penyebaran penyakit
menular seksual. Karena itu, pacaran dilarang masuk dalam keseharian seorang
muslim. Akur? Kudu!
Agar cinta nggak bikin
sengsara
Sobat muda muslim,
perlu dicatet kalo Islam melarang pacaran bukan berarti memasung rasa cinta
kepada lawan jenis. Justeru Islam memuliakan rasa cinta itu jika penyalurannya
tepat pada sasaran. Sebab Allah menciptakan rasa itu pada diri manusia dalam
rangka melestarikan jenisnya dengan kejelasan nasab alias garis keturunan.
Karena itu hanya satu penyaluran yang diridhoi Allah, dicontohkan Rasulullah,
dan pastinya tepat pada sasaran. Yaitu melalui pernikahan. Rasulullah saw
bersabda: “Wahai sekalian pemuda, barang siapa yang sudah mempunyai bekal untuk
menikah, menikahlah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat memejamkan mata
dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang belum mempunyai bekal untuk
menikah, berpuasalah, karena puasa itu sebagai benteng baginya.” (HR Bukhari
dan Muslim)
Untuk mengendalikan
rasa cinta pada diri manusia, Islam juga punya aturan maen yang meminimalisasi
fakto-faktor pembangkit rasa itu. Secara umum, interaksi antara pria dan wanita
dalam Islam hanya diperbolehkan dalam aktivitas yang mengharuskan kerjasama di
antara mereka. Seperti ketika jual beli di pasar, berobat ke dokter, belajar di
sekolah atau kampus, bekerja di kantor, dsb. Dengan catatan, ketika aktivitas
di atas selesai, maka masing-masing kudu kembali kepada habitatnya. Nggak pake
acara curi-curi kesempatan berduaan sehabis sekolah bubar, mau pergi ke pasar,
atau pas berangkat kerja.
Kalo pas lagi ada
keperluan mendesak dengan lawan jenis, kita bisa ajak teman biar nggak berduaan.
Selain itu, kita juga diwajibkan menjaga pandangan biar nggak jelalatan ketika
bertemu dengan lawan jenis. Sebab jika pandangan kita terkunci, sulit
mengalihkannya. Seperti kata A. Rafiq, ‘ lirikan matamu…. menarik hati… '
(dangdut terus neh! Tadi Evi Tamala. Hihihi..)
Nggak ketinggalan,
Islam juga mewajibkan muslimahnya untuk menutup aurat secara sempurna dan
menjaga suaranya agar tidak mendesah bin mendayu-dayu ketika berkomunikasi
dengan lawan jenisnya. Sebab bisa memancing lawan jenis untuk berinteraksi
lebih jauh.Wah, di sinilah perlu jaga-jaga ya.
Sobat muda muslim,
selain dosa, ternyata pacaran juga banyak ruginya. Makanya kalo virus merah
jambu mulai meradang di hatimu, cuma ada satu solusi jitu: merit binti menikah.
Nggak papa kok masih muda juga. Tapi kalo ngerasa belum mampu, kamu bisa
rajin-rajin berpuasa untuk meredam gejolak nafsu. Dan tentunya sambil terus
belajar, mengasah kemampuan, dan mengenali Islam lebih dalam, jangan lupa
perbanyak kegiatan positif: ngaji dan olahraga, misalnya. Moga kita sukses di
dunia dan di akhirat ya. Mau kan? Mau doooong! Siip.. dah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar