Selasa, 08 Mei 2012

Laga Dakwah di Dunia Kampus


Laga Dakwah di Dunia Kampus
Artikel Islam

Kafemuslimah.com Kampus merupakan salah satu insitusi yang memproduksi manusia-manusia dengan warna intelektualitas yang khas. Dalam konteks dakwah, kampus juga merupakan wadah penyuplai man power yang bergerak dengan nilai-nilai religius guna menjalankan salah satu kewajibannya sebagai khalifah, yakni berdakwah atau menyeru ke jalan Ilahi.
Oleh karenanya dunia kampus atau perguruan tinggi (PT) menjadi salah satu sasaran penting yang sensitif dan signifikan dalam dunia dakwah.

Intelektualitas yang melekat pada seorang mahasiswa, menjadi faktor yang memudahkan dalam proses Islamisasi paradigma-perspektif sekaligus karakter dirinya. Pada sisi lain, tantangan dalam mengkomunikasikan Islam terhadap seorang yang jenius (atau mungkin sok tau) menjadi cerita tersendiri dalam dunia dakwah kampus.

Kini perkembangan dinamika dakwah kampus semakin kompleks
dan memasuki tahap-tahap yang lebih spesifik. Jika 20 tahun lalu, konsentrasi dakwah berkisar pada problem hijab, bagaimana berbusana muslim, bagaimana mengumpulkan jamaah pengajian atau halaqoh. Sekarang sentilan-sentilan dakwah telah menyinggung hal-hal yang membutuhkan penanganan khusus seperti nahi mungkar terhadap koruptor birokrat kampus, dakwah via i-net, dakwah di BEM-Senat dan lain-lain. Terbukanya lahan-lahan dakwah yang baru secara sinergis menuntut proses kaderisasi dan regenerasi kader dakwah kampus yang lebih tangguh dan militan.

Tumbuh mekarnya beragam komunitas-komunitas dakwah di dunia kampus saat ini tidak terlepas dengan iringan mencuatnya berbagai problematika elemen-elemen kampus yang merangsang perbedaan cara pandang dan penyikapan. Universitas Hasanuddin pun menjadi saksi kancah interaksi antar komunitas dakwah maupun persinggungan antara nilai-nilai Ilahiah dan warna-warni
hedonis-atheis-Islamofobia. Tak pelak kompleksitas masalah dakwah dari waktu ke waktu baik internal maupun eksternal, menjadi beban yang harus segera dituntaskan secara bertahap (marhalah) dan menyeluruh (komprehensif).

Ada dua tantangan mendasar yang harus segera dibenahi oleh kader-kader dakwah kampus sehingga dapat secara konstan dan stabil dalam mewarnakan keindahan nilai-nilai Islam kepada masayarakatnya. Pertama, tantangan internal, dimana komunikasi dan interaksi antar komunitas dan elemen dakwah yang tidak sinergis dan bahkan kontraproduktif. Sementara Allah Azza wa Jalla menuntut bahwa,

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seperti bangunan yang tersusun kokoh.
(QS.61:4), dan juga,
Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai;(QS.3:103), justru kita, da'i kampus yang hanya karena bernaung pada bendera-bendera berbeda, kemudian tidak berupaya untuk memiliki ikatan visi dan misi yang kuat. Egoisme dan ashobiyah komunitas dakwah yang negatif lebih
sering pedas dirasakan dalam interaksi sesama kader dakwah
kampus. Ini merupakan problematika mendasar terkait dengan kepahaman dan perspektif dalam dunia dakwah. Kekeliruan dalam menetapkan prioritas target dan penyelesaian dakwah membawa dampak yang cukup signifikan dalam perkembangan dakwah ke depan. Sebagai contoh, pernah suatu hari terpampang di sebuah pamflet, seruan sebuah jamaah untuk menyesatkan komunitas dakwah lainnya. Saya bersama teman-teman berupaya mengagalkan penyelenggaraan aktifitas tersebut yang rencananya dilaksanakan di Baruga A.P.Pettarani. Klaim-klaim yang berbau black campaign sebaiknya tidak lagi digembar-gemborkan sebab tidak memberikan dampak yang lebih baik, sebagaimana
firman-Nya Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu;(QS.3:159)
Keragaman model dan jalan yang ditempuh setiap komunitas
dakwah seharusnya memperkaya kreativitas solutif dan model komunikasi dakwah kita di dunia kampus. Kita bersyukur akan kehadiran barisan dakwah yang berkonsentrasi untuk melahirkan ulama, yang merawat orisinalitas al-Qur'an dan as-Sunnah serta pengaplikasiannya. Ada barisan dakwah yang menyinggung pada tataran yang lebih heterogen, yang tidak asyik larut pada syahdu dan tentramnya musholla dan masjid kampus, namun masuk pada
hingar bingarnya BEM-birokrat dengan segala aktifitasnya. Pun kita bersyukur atas hadirnya komunitas yang proaktif menjemput bola, mendatangi insan-insan di setiap kamarnya untuk di ajak ke baituLlah (masjid). Betapa Allah Azza wa Jalla telah menunjukkan bahwa kita tidak dapat menangani segala aspek tantangan dakwah, sehingga perlulah kita untuk bergandengan tangan dan merapikan shaf kader-kader dakwah di kampus ini. Fastabiqul khairot dalam pemaknaan positif akan membawa setiap kita berlomba-lomba memelopori kebaikan dan membuka peluang-peluang dakwah baru dengan regenerasi kader dakwah yang terkontrol dan berkualitas. Proses pembinaan (tarbiyah) kualitas kader dakwah kampus saat ini juga menjadi tantangan internal yang membutuhkan pengawasan lebih ketat, evaluasi secara detail dengan perancangan atau pemetaan (cetak biru) ke depan yang lebih jelas. Daurah-daurah (pelatihan) ke-Islaman yang
monumental terkadang menemui ajalnya pada fase-fase berikutnya (follow-up). Dimana proses penindaklanjutan yang tidak terkoordinasi dan komitmen yang lemah baik dari pihak objek dakwah maupun sang da'i sendiri perlu dikaji secara sistematis dan antisipatif.

Tantangan kedua yakni secara eksternal, dimana laga dakwah menjadi lebih keras dan tidak konyol (saling sikut sesama da'i). Dimana generasi da'i benar-benar dihadapkan pada sasaran yang jelas akan kejahiliyahan dan keengganannya pada tuntunan Allah Azza wa Jalla. Biasanya tantangan ini mulai bergulir ketika basis massa di barak-barak musholla telah siap untuk khuruj berkomunikasi secara lebih terbuka dan lebih berisiko terhadap
elemen-elemen kampus lain seperti BEM, Senat, birokasi, laboratorium dan lain-lain. Namun idealitas ini jarang ditemukan mengingat aktifis musholla pun tumbuh berkembang bersama dinamika elemen-elemen kampus lainnya, sehingga tantangan yang dihadapi menjadi lebih kompleks baik internal maupun eksernal.

Hedonisme, sebuah perilaku memburu kesenangan terus menerus tanpa peduli akan nasibnya setelah mati, bersama dengan paham komunis-atheis yang menolak eksistensi Tuhan, telah menjadi momok yang tidak jarang bersikap negatif terhadap komunitas dakwah. Pada beberapa fakultas atau jurusan di Universitas Hasanuddin, manusia yang berkarakter tersebut dengan bernaung di bawah BEM, misalnya, tidak segan dan malu-malu lagi memprovokasi untuk menutup bahkan meniadakan musholla. Bahkan proses eliminasi kegiatan-kegiatan yang berbau ke-Islaman, secara vulgar dilibas dalam perancangan raker sebuah BEM atau Senat. Benarlah firman-Nya,Mereka berkehendak
memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahanya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai.
(QS,9:32). Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan kader-kader mujahid yang tegar dan memiliki grand design dakwah yang inovatif dan kreatif guna memecahkan permasalahan tanpa melahirkan masalah atau front baru.

Keikhlasan, pemahaman dan kesabaran menjadi faktor dan bekal penting dalam melangkahkan kaki untuk berlaga di dunia kampus. Kita tidak cukup menjadi muslim yang kaffah hanya dengan bekal kepahaman yang hanif (lurus) terhadap aqidah dan ibadah (Salimul aqidah) atau kekuatan spiritual (Spiritual Quotiens). Namun dibutuhkan pula kebersihan hati (Tazkiyatun Nafs) atau kestabilan emosional (Emotional Quetiens), keindahan akhlak (matinul khuluq), serta sering dilalaikan oleh kader dakwah yaitu olahraga
(tarbiyatul jasadiyah) atau Physical Quotiens (PQ). Sehingga seluruh potensi diri dapat terbina secara lebih menyeluruh dan proposional.

Sebagai penutup, saya mengutip lantunan lantang optimis
dari seorang ulama Dr. Yusuf al-Qardlawy ketika menjenguk
Indonesia tahun 2003,InsyaAllah, masa depan Islam yang gemilang itu, kejayaan yang pernah hilang dari tangan kita, kejayaan yang pernah kita miliki seribu tahun yang lalu akan dapat kita kembalikan lagi. Dan saya berharap bahwa Indonesia akan menjadi pemimpin kebangkitan Islam ini. Semoga Allah SWT mendewasakan pikiran kita dan senantiasa memberikan kita yang terbaik, dan semoga Allah SWT menjadikan semua pilihan-pilihan yang terbaik adalah juga pilihan kita.
Nugra Adiyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar